Saat komentar empati di off kan



Bismillah

Di jaman serba inet sekarang ini,sangat mudah bagi people jaman now untuk mencari dan mendapatkan informasi tanpa perlu menyalakan TV buat nonton berita atau membaca surat kabar untuk membaca berita terupdate. Semua informasi terupdate sudah terkupas tuntas siap disantap. Entah informasi itu cukup valid atau hanya informasi abal-abal. para netizen sudah cukup termanjakan dengan semua itu,mereka bisa update isu-isu yang sedang happening mulai dari ujung Papua hingga ke titik Sabang.

Para netizen tidak perlu takut kudet dengan isu-isu yang lagi kekinian dengan satu syarat ada sinyal dan ada paket data atau juga wifi. Maka di manapun dan kapanpun anda berada bisa dengan leluasa menikmati informasi dalam berbagai hal. Mulai dari aktivitas teman-teman anda,kabar politik,berita hoax telur palsu,artis yg baru menikah,melahirkan de es teh, de es breh, de le le. Banyak.. banyak banget pokoknya mah...

Okeh,lanjoottt...
Saat ini saya mau nulis tentang salah satu sosial media  which called Facebook. Salah satu sosial media terpopuler yang sangat amat digandrungi di era now. Banyak sisi positif yang bisa kita dapat dari fb ini,diantaranya:
*Bisa buat jualan
*Bisa buat curhat
*bisa buat ngeksis
*Bisa tau aktivitas si ini,itu,onoh
*Bisa buat belajar masak-masak, make up
Bisa buat banyak deh...

Selain manfaat-manfaat di atas ada sisi negatifnya juga,diantaranya:
*Bisa bikin baper
*Bisa memancing bully mem-bully
*Bisa buat nambah follower dengan nyebarin berita hoax #eehh
*Bisa... Bisa... Banyak lagi deh.

Nah salah satu poin negatif di atas pernah saya alami.  Saat itu saya lagi reshare berita tentang sepasang suami istri yang meninggal dan baru diketahui kurang lebih seminggu kemudian. Menurut postingan yang saya baca hal itu terjadi karena kedua orang tua yang malang itu hanya tinggal berdua,dimana saat itu sang ibu sedang sakit stroke dan hanya terbaring di tempat tidur sementara sang ayah telah menghembuskan nafas terakhirnya, hingga sang ibupun menyusul sang ayah,tidak ada yang mengetahui nasib mereka dikarenakan anak-anak mereka yang tinggal jauh dari mereka. So sad... T T.

Nah,maksud saya pribadi reshare postingan tersebut adalah as a reminder for myself. Karena posisi saya saat ini juga sedang tinggal berjauhan dengan kedua orang tua saya. Begitupun untuk yang membaca dan dalam posisi yang sama dengan saya,semoga sebagai anak kita tidak melupakan kontak dengan orang tua kita dengan alasan sibuk. Apatah lagi di era canggih jaman now. Kita masih bisa SMS,telpon,WAnan,atau video call-an. Intinya di manapun dan sejauh apapun kita dari orang tua jangan sampai kita lost contact dengan mereka.

Okeh,back to soal reshare tadi. Tak lama saya reshare munculah beberapa baris kalimat dalam satu komentar,yang mana disaat netra ini membacanya maka serasa tertusuk,tercabik hati ini. Sedih dan pedih. Karena apa... Karena isi komentar dari salah satu friend list saya itu tidak menunjukan rasa empati sedikitpun. Isi komentarnya kurang lebih gini "makanya suamiku nyuruh aku tetep tinggal di sini. ga usah gapai status PNS. Buat apa jadi PNS kalo kita terpisah jarak dan waktu dengan orang tua".

Mengapa saya bilang tanpa empati karena dia sangat amat tau posisi saya yang saat ini sedang hidup berjauhan dengan kedua orang tua saya (butuh waktu kurang lebih tujuh jam untuk pulang ke rumah orang tua saya) dan saya adalah juga seorang PNS (guru).

Hi.. dear,saya jauh dari orang tua karena saya seorang istri yang harus mengikuti suami saya. Karena dalam Islam,bakti seorang istri terhadap suami adalah lebih utama daripada kepada orang tua (dengan catatan bakti kepada suami tanpa melanggar syari'at Nya). Dan kalopun saat ini saya jadi PNS itu karena kebetulan di kabupaten suamiku tinggal dan bekerja,jadi dari awal saya ga ngoyo ngejar status PNS ini. Jadi jangan samakan ukuran sepatumu dengan sepatu orang lain ya.. kalo saat ini suamimu ridho kalian LDR an dengan alasan supaya kamu selalu berdekatan dengan ortumu,alhamdulillah dear.. tp bagaimana seandainya suamimu menyuruhmu untuk mendampinginya,mengikutinya kemanapun dia berada,apa kamu masih bisa memberi komentar seperti itu?

Seandainya dia tau betapa inginnya saya bisa hidup berdekatan dengan orang tua saya. Seandainya dia tau betapa inginnya saya mutasi agar bisa berdekatan dan berganti merawat dan menjaga kedua orang tua saya di usia senja mereka. (Semoga ada jalan dan  Allah mudahkan niat ini aamiin...)

Contoh komentar tak berempati lainnya seperti ini.
Ada seorang ibu yang baru saja melahirkan dan masuk dalam masa-masa menyusui. Suatu hari dia sedang galau dan menuliskan kegalauannya di fb. Karena menurutnya ASInya cuma sedikit,bayinya sering rewel. Dan tekanan Kiri kanan nya yang menyuruhnya memberi Susu formula. Bisa dibayangkan bagaimana kondisinya saat itu kan. And then,kita tiba-tiba menyumbangkan komentar "untung ASI ku dulu banyak sampai tumpah-tumpah jadi anakku ga rewel-rewel amat,n ga perlu beli sufor,pemborosan. Kamunya kurang makan sayur kali."

Tebak apa yang dirasakan oleh ibu menyusui yang baru melahirkan itu? Ibaratnya sudah luka masih ditabur garam di atas luka tersebut. Pediihhh mak...

So,be empathy please...
Berpikirlah dahulu sebelum jari jemari kita mengetik abjad di kolom komentar. Posisikan diri kita di posisinya. Dan ingat jangan pernah samakan ukuran sepatu kita dengan sepatu orang lain.

Baper itu perlu, karena kita manusia punya rasa punya hati jangan samakan dengan pisau belati #eehhh

Menulis adalah caraku menasehati diri sendiri dan mengingatkan diri sendiri.

Hanau, Seruyan, Kal-Teng, Indonesia.

Comments